Allah Subhanahu Wa ta’ala berfirman,
مَّنْ
عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَسَاءَ
فَعَلَيْهَا ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ
“Barangsiapa melakukan amal salih
maka demi kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang melakukan keburukan
maka hal itu akan merugikan dirinya sendiri. Dan tidaklah Rabbmu berbuat zalim
kepada hamba.” (QS. Fushshilat: 46)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
“Artinya; barangsiapa yang melakukan suatu amal salih maka sesungguhnya
kemanfaatan amalnya itu akan kembali kepada dirinya sendiri. Karena
sesungguhnya Allah maha kaya sehingga tidak membutuhkan perbuatan hamba.
Meskipun mereka semuanya berada dalam keadaan sebagaimana orang yang hatinya
paling bertakwa, maka hal itu pun tidak akan menambah apa-apa terhadap keagungan
kerajaan-Nya barang sedikit pun.”
Allah Subhanahu
Wa Ta’ala berfirman,
وَمَن
جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ
عَنِ الْعَالَمِينَ
“Barangsiapa yang bersungguh-sungguh
maka hanya saja [manfaat] hal itu [juga] demi kepentingan dirinya sendiri.
Sesungguhnya Allah benar-benar maha kaya sehingga tidak membutuhkan alam
semesta.” (QS. al-’Ankabut: 6)
Hasan al-Bashri rahimahullah berkata,
“Sesungguhnya bisa jadi ada seorang yang senantiasa berjihad walaupun tidak
pernah menyabetkan pedang -di medan perang- suatu hari pun.”
Hidup di dunia tidaklah sepi dari
ujian dan cobaan. Oleh sebab itu hendaknya setiap diri berjuang dan
bersungguh-sungguh dalam berupaya menyelamatkan dirinya dari kebinasaan dan
demi menggapai kebahagiaan. Allah ta’ala berfirman,
أَمْ
حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ
جَاهَدُوا مِنكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ
“Apakah kalian mengira bahwa
kalian akan begitu saja masuk surga sedangkan Allah belum mengetahui [melihat]
siapakah orang-orang yang bersungguh-sungguh diantara kalian dan untuk
mengetahui siapakah orang-orang yang sabar?” (QS. Ali ‘Imran: 142)
Dengan ujian inilah akan tampak
siapakah orang yang benar keimanannya dengan orang yang hanya berpura-pura.
Allah ta’ala berfirman,
وَلَقَدْ
فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ
صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
“Sungguh Kami telah menguji
orang-orang sebelum mereka, maka benar-benar Allah akan mengetahui
[membuktikan] siapakah orang-orang yang jujur dan akan mengetahui siapakah
orang-orang yang dusta.” (QS. al-’Ankabut: 3)
Oleh sebab itu semestinya setiap
hamba yang takut akan perjumpaan dirinya dengan Allah dalam keadaan hina untuk
mengisi waktunya dengan amal salih dan nilai-nilai keimanan serta menghadapi
berbagai fitnah dengan kesabaran. Allah ta’ala berfirman,
مَن
كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ اللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ اللَّهِ لَآتٍ ۚ وَهُوَ
السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Barangsiapa yang berharap
bertemu dengan Allah, maka sesungguhnya ketetapan ajal dari Allah itu pasti
datang, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-’Ankabut: 5)
Imam al-Qurthubi rahimahullah menjelaskan
maksud ayat ini, “Para ulama ahli tafsir sepakat bahwa maksud ayat ini adalah; barangsiapa yang
merasa takut akan kematian hendaklah dia melakukan amal salih karena
sesungguhnya kematian itu pasti akan mendatanginya.”
Kematian tidak bisa dielakkan. Tidak
ada yang bisa berlari untuk menghindar darinya. Oleh sebab itu -wahai
saudaraku- membekali diri untuk menyambutnya adalah sebuah keniscayaan.
Allah ta’ala telah menegaskan,
قُلْ
إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ
مُلَاقِيكُمْ ۖ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ
وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah: Sesungguhnya
kematian yang kalian senantiasa berusaha lari darinya, sesungguhnya ia pasti
datang menemui kalian. Kemudian kalian akan dikembalikan kepada Dzat yang
mengetahui perkara yang gaib dan yang tampak, lalu Allah akan mengabarkan
kepada kalian dengan apa yang dahulu kalian kerjakan.” (QS. Al-Jumu’ah: 8)
Membekali diri dengan keimanan,
meninggalkan segala bentuk kemaksiatan, dan berjuang di jalan Allah. Membekali
diri dengan sabar dan syukur. Membekali diri dengan tauhid dan amal salih. Membekali diri dengan pundi-pundi ketakwaan.
Inilah jalan orang-orang yang merindukan rahmat dan ampunan-Nya. Allah ta’ala berfirman,
إِنَّ
الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
أُولَٰئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan orang-orang yang berhijrah serta berjihad di jalan Allah, mereka
itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 218)
Dikisahkan, bahwa suatu hari Abud
Darda’ radhiyallahu’anhu melihat seorang lelaki ketika
menghadiri jenazah. Lelaki itu berkata, “Jenazah siapakah ini?”. Maka Abud
Darda’ berkata, “Inilah dirimu, inilah dirimu. Allah ta’ala berfirman,
إِنَّكَ
مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ
“Sesungguhnya engkau pasti mati
dan mereka pun pasti akan mati.” (QS. Az-Zumar: 30)
Dikisahkan bahwa Muhammad bin
al-Munkadir rahimahullah menangis sejadi-jadinya menjelang
kematiannya. Lalu ada orang yang bertanya kepadanya, “Apa yang membuatmu
menangis?”. Maka beliau mengangkat pandangan matanya ke langit seraya berkata,
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah memerintah dan melarang kepadaku lalu aku
justru berbuat durhaka. Jika Engkau mengampuni [diriku] sungguh Engkau telah
memberikan anugerah [kepadaku]. Dan apabila Engkau menghukum [aku], sungguh
Engkau tidak melakukan kezaliman [kepadaku].”
Allah ta’ala berfirman,
تِلْكَ
الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي
الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۚ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Itulah negeri akhirat yang Kami
jadikan untuk orang-orang yang tidak menginginkan ketinggian [keangkuhan] di
atas muka bumi dan berbuat kerusakan. Dan sesungguhnya kesudahan yang baik
adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Qashash: 83)
al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata,
“Masuk ke alam dunia ini adalah sesuatu yang ringan/mudah. Akan tetapi keluar
darinya -dengan sukses dan selamat, pent- adalah sesuatu yang berat/tidak
sederhana.” (lihat Aina Nahnu min Haa’ulaa’i, hal. 94)
Abud Darda radhiyallahu’anhu berkata,
“Jika disebut nama-nama orang yang sudah mati maka anggaplah keadaan dirimu
seperti halnya salah satu diantara mereka.” (lihat Aina Nahnu min
Haa’ulaa’i, hal. 68)
Semoga Allah menganugerahkan kepada
kita kesudahan yang baik di alam dunia ini dan menjadikan kita sebagai penghuni
surga-Nya. Allahul musta’aan.
No comments:
Post a Comment